Thursday, June 28, 2007

Air Banjir tetapi Tidak Ada Air


Gara-gara pekerjaan pelebaran jalan di depan rumah saya pada tanggal 26 Juni 2007.

Jalan Perintis Kemerdekaan akan diperlebar dari 4 jalur ke 8 jalur bersama busway seperti yang ada di Jakarta. Pada malam hari sekitar jam 23:00, tanggal 26 Juni 2007, air PAM tiba-tiba tak mengalir lagi. B elakangan kami tahu bahwa pipa air sambungan antara rumah dan pipa air PAM patah dan rusak karena kerja malam pelebaran jalan tersebut. Pipa air yang patah dibiarkan begitu saja. Akibatnya, kami terpaksa menerima kehidupan tanpa air.

Indonesia memang luar biasa. Gali dulu, baru ketahuan ada pipa air. Mengapa tidak pikir dulu ada pipa air di tempat ini. Apalagi, kami belum menerima penjelasan tentang peristiwa ini dari pihak pekerja pelebaran jalan. Pihak pekerja tidak muncul lagi ke sekitar rumah saya. Seolah-olah lari tanpa pertanggungjawaban. Begitu hebat cara kerja orang Indonesia!

Bukan pipa airnya patah saja. Dalam pekerjaannya, saluran buangan air lama yang ada di pinggir jalan raya ditutup tanpa pembuatan saluran buangan air yang baru. Kebetulan, kemarin hujannya begitu besar. Akibatnya, air hujan yang mestinya dialirkan ke saluran buangan air tidak keluar dari halaman rumah dan kami mengalami banjir air. Karena tidak ada lagi saluran buangan air yang ditutupi oleh pekerja pelebaran jalan.

Air banjir tetapi tidak ada air PAM di rumah. Semuanya gala-gala ada pekerjaan pelebaran jalan yang sangat amateur dan tidak bertanggungjawab.

Namun, saya menyadari dengan dengar bahwa warga sekitar kami mengalami nasib yang hampir sama. Pipa air mereka juga dirusak tanpa penjelasan dan minta maaf dari pihak pekerja pelebaran jalan. Ada juga warga yang terpaksa beli gerigen air untuk keperluan setiap hari. Mereka belum tahu kepada siapa dan bagaimana caranya untuk mengadu nasibnya.


Saya heran juga mengapa mereka diam dan menerima nasib buruk dengan begitu saja. Saya memutuskan mencoba teriak kepada yang bersangkutan. Artinya, bikin surat ditujukan kepada Pimpro Pelebaran Jalan di Dinas Praswil Prop Sulawesi Selatan. Kontak dengan kantor lurah dan kantor camat meskipun saya tidak mengaharapkan banya dari mereka tetapi ingin melaporkan sebagai warga yang baik. Kontak dengan kantor PAM. Tanya kepada teman-teman tentang cara penyelesaian masalah dengan baik.

Pada tanggal 28 Juni 2007, saya menerima informasi bahwa Pimpro pelebaran jalan memerintah segera gali kembali dan akan kirim konsultan untuk meninjau situasi. Seolah-olah dia peduli terhadap keadaan kami yang mengalami. Namun, sampai malam harinya, tindak lanjut yang diperintahkan oleh Pimpro sama sekali tidak dilaksanakan.

Yang datang adalah petugas lapangan PAM. Saya langsung mampir ke kantor PAM dan minta dia datang. Dia janji rehabilitasi pipa air hari ini dan sorenya dia berhasil sambung kembali pipa air ke rumah saya dengan pipa PAM. Karena ingin secepat mungkin diselesaikan, saya bayar ongkosnya, padahal mestinya perusak pipa air, maksudnya pekerja pelebaran jalan, yang harus menanggung biayanya!
Air banjir di halaman rumah tidak surut maka saya memutuskan beli pompa air listrik. Dengan pompa itu, airnya dapat dialirkan ke luar rumah biarpun tidak ada saluran buangan air di depan rumah saya. Apa boleh buat.

Ini contoh yang kecil mungkin. Kesalahan baik sengaja atau tidak sengaja tidak dikemukakan karena warga hanya diam. Kali ini saya juga berada di posisi warga seperti itu tetapi tidak mau diam dengan peristiwa yang mestinya tidak boleh terjadi. Jangan manjakan kerja-kerja amateur seperti pekerja pelebaran jalan ini. Seandainya peristiwa serupa ini terjadi di rumah pejabat, apakah perlakuannya sama dengan warga di sini? Ayo, jawablah petinggi-petinggi Indonesia. Demokrasi mestinya tidak kenal perbedaan antara kelas atas dan kelas bawah.
Meskipun demikian, apakah saya harus menyesuaikan diri dan lebih baik diam saja?

Dalam kesempatan kali ini, saya merasa juga banyak orang rupanya sangat peduli terhadap kami tetapi sekaligus juga jadi bahan cerita-cerita lucu dan ketawa seolah-olah hanya sekedar tontonan. Saya harus lebih pintar mana orang yang benar-benar peduli dan mana yang hanya pura-pura.