Maaf, karena alasan teknis, blog ini pindah ke "Kabar dari Daeng KM (2)". Alasan teknisnya tidak serius. Cuma, karena saya menulis tiga blog: blog bahasa Indonesia, blog bahasa Inggeris, dan blog bahasa Jepang sekaligus di satu account blogspot.
Semoga blog saya makin banyak diminati oleh pembaca. Sampai jumpa di "Kabar dari Daeng KM (2)" sebentar lagi.
Saturday, May 03, 2008
Saturday, January 26, 2008
Apakah Tidak Ada Uang?
Pemekaran daerah tetap tren politik daerah Indonesia sampai saat ini. Pemekarannya dilakukan karena alasannya dianggap wajar dan kuat: daerah tersebut berjanji mandiri. Pemekaran membutuhkan dana cukup besar. Membentuk organisasi pemerintah daerah baru dengan rekruitmen aparat, anggota DPRD baru, bangun gedung baru, beli mobil dinas, peralatan kantor, dan lain-lainnya. Salah satu pemekaran adalah penciptaan kesempatan kerja baru yang tidak produktif di sektor pemerintah. Gaji dan pensiunnya terjamin dan tidak dipecat. Kesempatan kerja yang dibiayai oleh dana masyarakat lewat pajak dan yang tidak menghasilkan sesuatu dinamis secara ekonomis. Belum pernah dengar bahwa pemekaran wilayah dibiayai oleh yang bersangkutan sendiri. Semuanya pakai uang orang lain.
Pada Desember 2007 lalu, MA memutuskan pilkada gubernur Sulawesi Selatan ulang di 4 kabupaten di Sulsel. Artinya, harus mulai dari pendaftaran ulang pemilih di tingkat TPS. Biayanya 10 milyar rupiah per kabupaten maka totalnya 40 milyar rupiah. Katanya anggaran untuk itu harus ada. Ini uang siapa? Mungkin dari APBD, berarti uang orang lain. Sedangkan, berbagai kebijakan termasuk bidang kesehatan dan pendidikan sulit direalisasikan karena kekurangan dana. Jika kesehatan dan pendidikan, tidak ada dana. Tapi, jika pilkada, harus ada. Apakah ini merupakan konsekuensi demokratisasi?
Waktu krisis moneter pada 1997-1998, Indonesia mengalami kekurangan dana karena kurs rupiah menurun secara drastis terhadap USD. Namun, banyak orang tahu bahwa ada begitu banyak perpindahan dana dari Indonesia ke Singapore pada waktu itu. Pemerintah Indonesia minta bantuan urgen kepada berbagai negara termasuk Jepang, dan Jepang memberikan begitu banyak bantuan khusus kepada Indonesia untuk menyelamatkan masyarakatnya. Banyak masyarakat Jepang memperhatikan atas nasib masyarakat Indonesia yang mungkin menghadapi kelaparan dan penyebaran penyakit dan kekurangan gizi.
Apakah tidak ada uang di Indonesia? Uang siapa yang tidak ada di Indonesia? Masih sering terdengar suara permintaan bantuan dari Jepang dengan alasan tidak ada dana. Apakah itu benar?
Pada Desember 2007 lalu, MA memutuskan pilkada gubernur Sulawesi Selatan ulang di 4 kabupaten di Sulsel. Artinya, harus mulai dari pendaftaran ulang pemilih di tingkat TPS. Biayanya 10 milyar rupiah per kabupaten maka totalnya 40 milyar rupiah. Katanya anggaran untuk itu harus ada. Ini uang siapa? Mungkin dari APBD, berarti uang orang lain. Sedangkan, berbagai kebijakan termasuk bidang kesehatan dan pendidikan sulit direalisasikan karena kekurangan dana. Jika kesehatan dan pendidikan, tidak ada dana. Tapi, jika pilkada, harus ada. Apakah ini merupakan konsekuensi demokratisasi?
Waktu krisis moneter pada 1997-1998, Indonesia mengalami kekurangan dana karena kurs rupiah menurun secara drastis terhadap USD. Namun, banyak orang tahu bahwa ada begitu banyak perpindahan dana dari Indonesia ke Singapore pada waktu itu. Pemerintah Indonesia minta bantuan urgen kepada berbagai negara termasuk Jepang, dan Jepang memberikan begitu banyak bantuan khusus kepada Indonesia untuk menyelamatkan masyarakatnya. Banyak masyarakat Jepang memperhatikan atas nasib masyarakat Indonesia yang mungkin menghadapi kelaparan dan penyebaran penyakit dan kekurangan gizi.
Apakah tidak ada uang di Indonesia? Uang siapa yang tidak ada di Indonesia? Masih sering terdengar suara permintaan bantuan dari Jepang dengan alasan tidak ada dana. Apakah itu benar?
Tuesday, January 15, 2008
Apa Sebenarnya Kemajuan?
Ini adalah kutipan karya Tsuneichi MIYAMOTO, seorang folklorist yang berjalan kemana-mana di Jepang sambil memberi semangat kepada masyarakat Jepang yang terpinggir.
-----
Saya sudah lama berjalan kaki. Bertemju dengan banyak orang dan melihat banyak hal. Dalam perjalanan yang masih berlanjut dan masih panjang ini, apa yang saya terus berpikir adalah "apa sebenarnya kemajuan?" "apa sebenarnya pengembangan?". Apakah semuanya maju dan berkembang? Rupanya, banyak juga yang stagnan, mundur, dan sekaligus makin lama makin hilang. Apakah semua yang hilang tidak diperlukan lagi dan out-of-date? Mungkin kita sering salah persepsi dan menilai bahwa yang mundur dianggap sebagai yang maju. Rupanya, apa yang kita menganggap kemajuan justru sebaliknya membawa manusia dan semua yang hidup ke kehancuran.
Melihat dan menangkap yang sedang mundur di belakang yang maju. Inilah tantangan terpenting yang diberikan kepada kita. Kemampuan pengelolaan urusan hidup manusia sendiri telah sangat menurun dibandingkan dulu. Kemampuan pandangan terhadap sesuatu pun sudah tidak tajam lagi.
Saya ingin menggali kembali apa yang dilupakan oleh banyak orang, karena pasti ada suatu nilai dan arti yang penting di dalamnya. Siapa yang mempertahankan hal-hal yang kuno dan tradisional tidak berada di main-stream, tetapi berada di sudut dengan susah payah untuk mempertahankan kehidupan mereka.
Kita sering tidak bisa mengatasi masalah karena sudah menghilangkan hal-hal yang penting. Waktu melihat tukang monyet, saya langsung ingat rupanya banyak hal yang penting dilupakan dalam pendidikan manusia saat ini. Betul, manusia adalah manusia tetapi sekaligus binatang.
Kita berjalan kaki menuju jalan panjang. Namun, kita perlu selalu menanyakan sendiri "apa sebenarnya kemajuan".
-----
Saya sudah lama berjalan kaki. Bertemju dengan banyak orang dan melihat banyak hal. Dalam perjalanan yang masih berlanjut dan masih panjang ini, apa yang saya terus berpikir adalah "apa sebenarnya kemajuan?" "apa sebenarnya pengembangan?". Apakah semuanya maju dan berkembang? Rupanya, banyak juga yang stagnan, mundur, dan sekaligus makin lama makin hilang. Apakah semua yang hilang tidak diperlukan lagi dan out-of-date? Mungkin kita sering salah persepsi dan menilai bahwa yang mundur dianggap sebagai yang maju. Rupanya, apa yang kita menganggap kemajuan justru sebaliknya membawa manusia dan semua yang hidup ke kehancuran.
Melihat dan menangkap yang sedang mundur di belakang yang maju. Inilah tantangan terpenting yang diberikan kepada kita. Kemampuan pengelolaan urusan hidup manusia sendiri telah sangat menurun dibandingkan dulu. Kemampuan pandangan terhadap sesuatu pun sudah tidak tajam lagi.
Saya ingin menggali kembali apa yang dilupakan oleh banyak orang, karena pasti ada suatu nilai dan arti yang penting di dalamnya. Siapa yang mempertahankan hal-hal yang kuno dan tradisional tidak berada di main-stream, tetapi berada di sudut dengan susah payah untuk mempertahankan kehidupan mereka.
Kita sering tidak bisa mengatasi masalah karena sudah menghilangkan hal-hal yang penting. Waktu melihat tukang monyet, saya langsung ingat rupanya banyak hal yang penting dilupakan dalam pendidikan manusia saat ini. Betul, manusia adalah manusia tetapi sekaligus binatang.
Kita berjalan kaki menuju jalan panjang. Namun, kita perlu selalu menanyakan sendiri "apa sebenarnya kemajuan".
(Tsuneichi MIYAMOTO, "Perjalanan ke Folklogi". Asli dari Bahasa Jepang)
Monday, December 31, 2007
Mulailah Menciptakan Sejarahnya
Pada awal Desember lalu, saya sempat memberikan kuliah khusus di Universitas Cenderawasih, Jayapura.
Dalam diskusi dengan para peserta, muncul suatu tanggapan, yaitu: sejarah kami telah dihantamkan oleh orang luar maka kami tidak mempunyai sejarah apa-apa. Menurutnya, inilah alasan mengapa mereka ingin menuntut orang luar memberikan kompensasi kepada mereka. Bisa saja mengancam dengan pakai istilah "merdeka".
Saya membalas kepada mereka dengan mengatakan bahwa apakah sejarah anda benar-benar tidak ada lagi? Dengan permintaan kompensasi dan mengancam dengan istilah khusus, anda lupa melihat dirinya sendiri. Anda itu siapa? Apakah benar anda tidak memiliki apa-apa? Di mana jati diri anda sebagai orang Papua?
Siapa menciptakan sejarah? Anda! Jika merasa sejarahnya dihantamkan oleh orang luar, mulai saja sekarang untuk memciptakan sejarah anda sehari demi sehari. Sesudah berlanjut ini lima tahun, sepuluh tahun, anda sudah berhasil menciptakan sejarah anda sendiri.
Dari rasa korban, kita tidak bisa mulai apa-apa. Mungkin lebih enak jika terus menerus posisikan diri sebagai korban karena ini menjadi alasan anda tidak perlu melakukan apa-apa. Mulai saja sekarang dari anda sendiri untuk berubah sesuatu yang akan lebih baik daripada saat ini.
Saya menyampaikan demikian kepada para peserta kuliah saya. Step by step. Mereka juga pasti akan maju ke depan.
Tuesday, December 11, 2007
Upacara Andingingin di Kajang
Bersama seorang direktur film dokumenter dari Jepang dan rekan saya Pak Ridwan, saya ke Kajang Dalam, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, pada awal bulan Desember dan mendengar cerita banyak tentang Upacara Andingingin.
Upaca Andingingin akan dilaksanakan di hutan keramat tiga hari sesudah Hari Lebaran Haji, yaitu 23 Desember 2007 nanti. Upacara ini ada setiap tahun.
Menurut Ammatowa, sang maha terhormat di masyarakat Kajang, upacara ini bertujuan untuk mendinginkan dunia dan bumi yang menjadi panas oleh karena pertikaian, konflik, perang, stres dan berbagai hal. Sesudah Hari Lebaran Haji, hari pertama, suatu sumur di hutan keramat dibersihkan karena air sumur itu akan digunakan dalam upacaranya. Hari kedua, atas petunjuk dan pengawasan Ammatowa dan para petinggi adat, suatu tempat panggung bambu yang dibuat.
Hari ketiga, mulai dari pagi, masyarakat Kajang Dalam datang ke tempat upacara dengan membawa songkolo yang dibuat masing-masing. Lalu, Ammatowa melempar air suci dari sumur untuk masyarakat untuk mendinginkan dunia dan bumi. Sesudah itu, Ammatowa kasih tanda titik di dahi kepada masing-masing para hadirin. Lalu, berdoa dan makan bersama.
Upacara Andingingin ini merupakan salah satu upacara yang paling suci dalam berbagai upacara di Kajang Dalam atai disebut Kawasan, maka secara ketat dilarang ambil foto dan membuat rekaman sebagai simbol modern.
Upacara ini dilanjutkan terus-menurus sejak dulu-dulu di Kajang Dalam, mungkin tanpa mengetahui pembahasan hangat oleh pejabat-pejabat internasional tingkat tinggi, misalnya COP-13 di Bali. Memang, dunia dan bumi ini perlu didinginkan.
Daeng KM
Upaca Andingingin akan dilaksanakan di hutan keramat tiga hari sesudah Hari Lebaran Haji, yaitu 23 Desember 2007 nanti. Upacara ini ada setiap tahun.
Menurut Ammatowa, sang maha terhormat di masyarakat Kajang, upacara ini bertujuan untuk mendinginkan dunia dan bumi yang menjadi panas oleh karena pertikaian, konflik, perang, stres dan berbagai hal. Sesudah Hari Lebaran Haji, hari pertama, suatu sumur di hutan keramat dibersihkan karena air sumur itu akan digunakan dalam upacaranya. Hari kedua, atas petunjuk dan pengawasan Ammatowa dan para petinggi adat, suatu tempat panggung bambu yang dibuat.
Hari ketiga, mulai dari pagi, masyarakat Kajang Dalam datang ke tempat upacara dengan membawa songkolo yang dibuat masing-masing. Lalu, Ammatowa melempar air suci dari sumur untuk masyarakat untuk mendinginkan dunia dan bumi. Sesudah itu, Ammatowa kasih tanda titik di dahi kepada masing-masing para hadirin. Lalu, berdoa dan makan bersama.
Upacara Andingingin ini merupakan salah satu upacara yang paling suci dalam berbagai upacara di Kajang Dalam atai disebut Kawasan, maka secara ketat dilarang ambil foto dan membuat rekaman sebagai simbol modern.
Upacara ini dilanjutkan terus-menurus sejak dulu-dulu di Kajang Dalam, mungkin tanpa mengetahui pembahasan hangat oleh pejabat-pejabat internasional tingkat tinggi, misalnya COP-13 di Bali. Memang, dunia dan bumi ini perlu didinginkan.
Daeng KM
Thursday, November 08, 2007
Pameran Karya Senirupa SMPN 24 Makassar
Ada informasi tentang pameran yang unik dari rekan-rekan saya, seperti yang berikut:
-----
Pameran Karya SenirupaPelajar Kelas II SMPN 24 Makassar - Firman Djamil
A. Latar Pemikiran
Warna terbentuk dari vigmen-vigmen alam yang ditransformasi oleh cahaya.Dari vigmen ini, dengan adaptasi tehnologi pada material fisikal,menghasilkan tiruan-tiruan cahaya berwarna-warni pada berbagai media,seperti pada tekstil dan benda-benda lainnya. Penampakan warna inimenimbulkan cita rasa estetik yang menakjubkan. Dari penampakanwarna-warni cahaya ini pula menginspirasi para pelajar SMP Negeri 24Makassar menciptakan karya senirupa.
Dalam menciptakan karya mereka, di bawah bimbingan perupa Firman Djamil,para siswa menggunakan kain perca; kain sisa yang mereka peroleh daribeberapa penjahit di sekitar rumah mereka.
Apa yang dilakukan siswa SMP Negeri 24 Makassar perlu menjadi contohkecil dari tindakan yang perlu dilakukan para warga kota dalammenanggapi masalah lingkungan hidupnya. Apalagi dalam fakta, berdasarkanKompas edisi 30 Juni 2007, masalah sampah di Makassar bukanlah masalahyang kecil. Terhitung tidak kurang 3.582 meter kubik atau 700 ton sampahdihasilkan oleh 1,3 juta jiwa penduduk kota ini dalam sehari.
Karenanya, kami dari penyelenggara, tertarik untuk memfasilitasi pameranini.Visi yang dikembangkan dan dihasilkan oleh siswi-siswa ini adalahkarya seni yang berwawasan lingkungan hidup, seperti halnya yang selamaini digeluti oleh Firman Djamil.
Apa yang dilakukan oleh para pelajar tersebut, mungkin saja, tidakberarti dalam mengurangi kuantitas sampah yang menjadi masalah besarbagi Makassar. Tapi dalam kualitas, tindakan dan karya mereka memilikiproyeksi dan cita-cita yang besar dan luhur; namun tetap berangkat darikerja dan kegiatan yang kecil. Kami pikir inilah salah satu caramengenalkan kepada pelajar tentang lingkungan hidup; sebagai bagian dariperbaikan kualitas lingkungan hidup di masa mendatang.
B. Jenis Kegiatan
Pameran Karya Lukisan Perca
C. Tema
True Color (Warna Asli)
D. Jumlah Karya
70 Karya Lukis Kain Perca & 20 Lukisan Drawing (Digital Printing) karya Firman Djamil
E. Peserta
- Siswi-siswa Kelas II, SMP Negeri 24 Makassar
- Firman Djamil
F. Tujuan
1. Memotivasi Kegairahan Belajar Senirupa Siswi-siswa
2. Inovasi Kegiatan Pembelajaran Seni bagi siswi-siswa
3. Pendidikan Lingkungan Hidup bagi Siswi-siswa
4. Memberi Ruang Apresiasi dan Mengenalkan ke Publik Kegiatan Senirupa Siswi-siswa.
G. Waktu
09.00 wita 17-21 November 2007
H. Tempat
Ruang Pameran Komunitas Ininnawa (Lantai II)
Jl Perintis Kemerdekaan Km-9 No76 Makassar 90245
I. Tim Penyelenggara
Komunitas Ininnawa (www.ininnawa.org)
Panyingkul! (www.panyingkul.com)
Rumah Kaum Muda
Tanahindie Project
Tendakata
Sombaopu Studio & Gallery
Studio 24 SMP Negeri 24 Makassar
*Contact Person
Anwar J Rachman 0411-2357627; 081-342-398-338
Ni Nyoman Anna M 08164383583
-----
Pameran Karya SenirupaPelajar Kelas II SMPN 24 Makassar - Firman Djamil
A. Latar Pemikiran
Warna terbentuk dari vigmen-vigmen alam yang ditransformasi oleh cahaya.Dari vigmen ini, dengan adaptasi tehnologi pada material fisikal,menghasilkan tiruan-tiruan cahaya berwarna-warni pada berbagai media,seperti pada tekstil dan benda-benda lainnya. Penampakan warna inimenimbulkan cita rasa estetik yang menakjubkan. Dari penampakanwarna-warni cahaya ini pula menginspirasi para pelajar SMP Negeri 24Makassar menciptakan karya senirupa.
Dalam menciptakan karya mereka, di bawah bimbingan perupa Firman Djamil,para siswa menggunakan kain perca; kain sisa yang mereka peroleh daribeberapa penjahit di sekitar rumah mereka.
Apa yang dilakukan siswa SMP Negeri 24 Makassar perlu menjadi contohkecil dari tindakan yang perlu dilakukan para warga kota dalammenanggapi masalah lingkungan hidupnya. Apalagi dalam fakta, berdasarkanKompas edisi 30 Juni 2007, masalah sampah di Makassar bukanlah masalahyang kecil. Terhitung tidak kurang 3.582 meter kubik atau 700 ton sampahdihasilkan oleh 1,3 juta jiwa penduduk kota ini dalam sehari.
Karenanya, kami dari penyelenggara, tertarik untuk memfasilitasi pameranini.Visi yang dikembangkan dan dihasilkan oleh siswi-siswa ini adalahkarya seni yang berwawasan lingkungan hidup, seperti halnya yang selamaini digeluti oleh Firman Djamil.
Apa yang dilakukan oleh para pelajar tersebut, mungkin saja, tidakberarti dalam mengurangi kuantitas sampah yang menjadi masalah besarbagi Makassar. Tapi dalam kualitas, tindakan dan karya mereka memilikiproyeksi dan cita-cita yang besar dan luhur; namun tetap berangkat darikerja dan kegiatan yang kecil. Kami pikir inilah salah satu caramengenalkan kepada pelajar tentang lingkungan hidup; sebagai bagian dariperbaikan kualitas lingkungan hidup di masa mendatang.
B. Jenis Kegiatan
Pameran Karya Lukisan Perca
C. Tema
True Color (Warna Asli)
D. Jumlah Karya
70 Karya Lukis Kain Perca & 20 Lukisan Drawing (Digital Printing) karya Firman Djamil
E. Peserta
- Siswi-siswa Kelas II, SMP Negeri 24 Makassar
- Firman Djamil
F. Tujuan
1. Memotivasi Kegairahan Belajar Senirupa Siswi-siswa
2. Inovasi Kegiatan Pembelajaran Seni bagi siswi-siswa
3. Pendidikan Lingkungan Hidup bagi Siswi-siswa
4. Memberi Ruang Apresiasi dan Mengenalkan ke Publik Kegiatan Senirupa Siswi-siswa.
G. Waktu
09.00 wita 17-21 November 2007
H. Tempat
Ruang Pameran Komunitas Ininnawa (Lantai II)
Jl Perintis Kemerdekaan Km-9 No76 Makassar 90245
I. Tim Penyelenggara
Komunitas Ininnawa (www.ininnawa.org)
Panyingkul! (www.panyingkul.com)
Rumah Kaum Muda
Tanahindie Project
Tendakata
Sombaopu Studio & Gallery
Studio 24 SMP Negeri 24 Makassar
*Contact Person
Anwar J Rachman 0411-2357627; 081-342-398-338
Ni Nyoman Anna M 08164383583
Sunday, October 21, 2007
Poors in Japan, Richs in Indonesia
Ini bukan cerita tentang sumber daya alam.
Percaya atau tidak, di Jepang ada orang Jepang yang meninggal dunia karena kelaparan. Menurut data tahun 2003, jumlah orang yang mati kelaparan adalah 93 orang, terdiri dari laki-laki 73 orang dan perempuan 20 orang. Usia mereka sekitar 45-69 tahun.
Umumnya, sesudah dipecat dari tempat kerja, mereka sulit mencari kerja dan terpaksa pinjam uang dari rentenir dengan bunga tinggi. Tentu susah mengembalikan utang jika tetap menganggur. Debt collector sering datang dan mengancam pada peminjam uang. Akhirnya... bisa saja bunuh diri.
Di Jepang, pemerintah mempunyai sistem perlindungan kehidupan sehari-hari untuk yang tidak mampu (sistem livelihood protection). Namun, tujuan sistem ini merupakan kemandirian penggangur, maka pemerintah meminta agar penggangur berusaha mencari kerja secepat mungkin. Memang banyak "penggangur" memanfaatkan dan menyalahgunakan sistem ini untuk memanjakan diri. Maka, pemohon sistem ini selalu dicuriga oleh aparat pemerintah. Sebagian pemohon sering dimarah dan terima kata-kata kotor dari aparat pemerintah. Akhirnya, pemohon memaksakan diri menyatakan "tidak perlu livelihood protection (tidak perlu terima bantuan uang hidup)". Ucapan ini dianggap oleh aparat bahwa pemohon ini sudah siap mandiri. Akhirnya, pemohon mati lapar.
"Saya masih hidup selama 10 hari tanpa makan apa-apa. Tapi ingin makan onigiri (rice ball)". Ini adalah kata-kata terakhir sebelum seorang penggangur meninggal dunia karena kelaparan. Bantuan uang hidup dari sistem livelihood protection dari pemerintah untuk dia dihentikan tiga hari sebelum meninggal dunia.
Sistem kesejahteraan di Jepang dianggap mapan dan menjadi contoh untuk negara lain. Tetapi, pemaksaan kemandirian yang cepat mendorong kesulitan orang lemah yang tidak punya uang dan terpaksa tidak bisa makan.
Memang ini bukan fenomena umum di Jepang dan secara rata-rata Jepang dianggap sebagai negara kaya. Namun, ini realita: di Jepang ada orang yang meninggal dunia karena kelaparan.
Dalam liburan lebaran ini, saya melihat banyak rombongan orang Indonesia datang ke Jepang untuk jalan-jalan pariwisata. Mereka menikmati Universal Studio Japan, Disney Land, and Disney Sea. Ongkos perjalanan ini dari Indonesia ditaksirkan sekitar 2000 USD per orang.
Banyak sekali anak-anak. Mereka merasa wajar perjalanan mewah ini dan sulit peduli terhadap masalah ketimpangan pendapatan antara yang mampu dan yang tidak mampu, yang makin lebar, di Indonesia. Tentu, menurut saya, mereka-mereka yang enjoy di Jepang termasuk kalangan kaya di Indonesia.
Fenomena kemiskinan beberapa orang Jepang dan fenomena orang kaya Indonesia. Betul, ini bukan fenomena umum. Tetapi ini fenomena nyata. Dekotomi atau pandangan umum, seperti Jepang kaya dan Indonesia miskin, belum tentu berguna untuk memecahkan masalah. Harus mulai dari berbagai realita dan fakta.
Percaya atau tidak, di Jepang ada orang Jepang yang meninggal dunia karena kelaparan. Menurut data tahun 2003, jumlah orang yang mati kelaparan adalah 93 orang, terdiri dari laki-laki 73 orang dan perempuan 20 orang. Usia mereka sekitar 45-69 tahun.
Umumnya, sesudah dipecat dari tempat kerja, mereka sulit mencari kerja dan terpaksa pinjam uang dari rentenir dengan bunga tinggi. Tentu susah mengembalikan utang jika tetap menganggur. Debt collector sering datang dan mengancam pada peminjam uang. Akhirnya... bisa saja bunuh diri.
Di Jepang, pemerintah mempunyai sistem perlindungan kehidupan sehari-hari untuk yang tidak mampu (sistem livelihood protection). Namun, tujuan sistem ini merupakan kemandirian penggangur, maka pemerintah meminta agar penggangur berusaha mencari kerja secepat mungkin. Memang banyak "penggangur" memanfaatkan dan menyalahgunakan sistem ini untuk memanjakan diri. Maka, pemohon sistem ini selalu dicuriga oleh aparat pemerintah. Sebagian pemohon sering dimarah dan terima kata-kata kotor dari aparat pemerintah. Akhirnya, pemohon memaksakan diri menyatakan "tidak perlu livelihood protection (tidak perlu terima bantuan uang hidup)". Ucapan ini dianggap oleh aparat bahwa pemohon ini sudah siap mandiri. Akhirnya, pemohon mati lapar.
"Saya masih hidup selama 10 hari tanpa makan apa-apa. Tapi ingin makan onigiri (rice ball)". Ini adalah kata-kata terakhir sebelum seorang penggangur meninggal dunia karena kelaparan. Bantuan uang hidup dari sistem livelihood protection dari pemerintah untuk dia dihentikan tiga hari sebelum meninggal dunia.
Sistem kesejahteraan di Jepang dianggap mapan dan menjadi contoh untuk negara lain. Tetapi, pemaksaan kemandirian yang cepat mendorong kesulitan orang lemah yang tidak punya uang dan terpaksa tidak bisa makan.
Memang ini bukan fenomena umum di Jepang dan secara rata-rata Jepang dianggap sebagai negara kaya. Namun, ini realita: di Jepang ada orang yang meninggal dunia karena kelaparan.
-----
Dalam liburan lebaran ini, saya melihat banyak rombongan orang Indonesia datang ke Jepang untuk jalan-jalan pariwisata. Mereka menikmati Universal Studio Japan, Disney Land, and Disney Sea. Ongkos perjalanan ini dari Indonesia ditaksirkan sekitar 2000 USD per orang.
Banyak sekali anak-anak. Mereka merasa wajar perjalanan mewah ini dan sulit peduli terhadap masalah ketimpangan pendapatan antara yang mampu dan yang tidak mampu, yang makin lebar, di Indonesia. Tentu, menurut saya, mereka-mereka yang enjoy di Jepang termasuk kalangan kaya di Indonesia.
-----
Fenomena kemiskinan beberapa orang Jepang dan fenomena orang kaya Indonesia. Betul, ini bukan fenomena umum. Tetapi ini fenomena nyata. Dekotomi atau pandangan umum, seperti Jepang kaya dan Indonesia miskin, belum tentu berguna untuk memecahkan masalah. Harus mulai dari berbagai realita dan fakta.
Subscribe to:
Posts (Atom)