Friday, April 29, 2005

Peluncuran Buku Minamata

Ini adalah acara peluncuran buku ttg Minamata yang akan dilakukan di Makassar, tgl 4 Mei 2005. MATSUI Kazuhisa MKS Representative in Tokyo
-----
PRESS RELEASE:
Diskusi & Peluncuran Buku Tragedi Minamata
Karya Prof. Dr. Harada Masazumi
Kasus Buyat, Sulawesi Utara, membuka mata kita: betapa berbahaya pencemaran lingkungan. Korban jiwa dan kecacatan permanen yang diakibatkannya sudah muncul ke ruang publik. Berbagai pihak pun mulai angkat bicara, menembak ke berbagai pihak yang dianggap sebagai kambing hitam, berdasar fakta dan dugaan. Sontak, Indonesia diramaikan dengan pembicaraan tentang Penyakit Minamata.
Tak pelak, kasus ini mencuatkan nama sebuah kota di selatan Jepang, Minamata. Di kota inilah, beberapa dasawarsa silam, terjadi bencana mengerikan akibat polusi merkuri dari pabrik kimia. Malapetaka polusi merkuri di kota itu menimpa beberapa generasi di beberapa pemukiman di seputar Teluk Minamata, bahkan hingga mencapai kota-kota di sekitar Laut Shiranui. Media Kajian Sulawesi (MKS) sebuah organisasi yang bekerja mengumpulkan dan menyebarluaskan studi-studi tentang Sulawesi dan diasporanya.
Misi MKS adalah turut serta membantu masyarakat lokal menemukan jati dirinya dalam proses pembangunan menuju kemandirian yang lebih tinggi di dalam masyarakat global yang bermartabat. Media Kajian Sulawesi (MKS) bekerja sama dengan Association Medical Doctors of Asia (AMDA) Indonesia dan Center of South-East Asia Studies (CSEAS) Kyoto University akan melakukan sebuah acara yang berkaitan dengan kasus Buyat dan penyakit Minamata.
Acara tersebut diberi nama Peluncuran dan Diskusi Buku "Tragedi Minamata", Karya Prof. Dr. Harada Masazumi. Acara ini akan dilaksanakan di Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) Universitas Hasanuddin Makassar, Rabu 04 Mei 2005, Pukul 09.00 WITA.
Sebagai pembicara dalam acara itu, akan hadir penulis buku Tragedi Minamata, Prof. Dr. Harada Masazumi, dari Jepang. Buku Tragedi Minamata karya Prof. Dr. Harada Masazumi (diterjemahkan dari versi Bahasa Inggris Minamata Desease, dalam Bahasa Jepang, Minamata Byo) dipenuhi deskripsi mengenaskan tentang korban, tentang kekeraskepalaan pihak pabrik penyebab tragedi, tentang rapuhnya ilmu kedokteran dalam memecahkan misteri penyakit minamata, serta kebebalan dan kelambanan pemerintah dalam menghadapi persoalan masyakat ini. Buku ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia semata-mata dimaksudkan untuk menjadi bahan kajian dan pembelajaran bagi masyarakat luas untuk mencegah kejadian di Minamata muncul di Bumi Indonesia, mengingat banyaknya industri yang berpeluang mencemarkan sungai, danau dan laut kita.
Media Kajian Sulawesi dengan ini mengundang pihak-pihak terkait dalam bencana pencemaran lingkungan, seperti; dokter, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), pers, organisasi masyarakat, pengacara, akademisi, mahasiswa, dan para pemilik industri untuk menghadiri acara tersebut. Informasi lebih lanjut bisa menghubungi Ihsan Nasir (081524001877), Anna (08164383583)
Media Indonesia:

Sunday, April 17, 2005

Kegagalan Diplomasi Jepang

Saat ini marak unjuk rasa anti-Jepang di berbagai kota di Cina.

Demonstran benci dengan kata-kata sangat kasar terhadap produk Jepang, pemerintah Jepang, apalagi orang Jepang. Bukan hanya lempar batu atau tomat ke bangunan Konjen Jepang di Shanghai dan merusakkan restoran Jepang atau mobil Jepang, tetapi juga memukul mahasiswa orang Jepang yang minum bir sampai pinsang berkali-kali hanya dengan alasan karena orang Jepang.

Aparat keamanan tidak mencegah aksi-aksi kasar seperti ini dan mengatur demonstran dengan persiapan bis antar-jumput. Ada juga seorang polisi mengatakan bahwa saya juga sangat benci orang Jepang. Beberapa situs internet di Jepang termasuk Universitas Kumamoto diserang oleh hakker.

Pemda Kota Shanghai berjanji kepada kalangan pengusaha Jepang untuk tidak mengizinkan aksi unjuk rasa anti-Jepang karena alasan ketertiban. Eeh, ternyata mereka membiarkan maraknya unjuk rasa kemarahan terhadap Jepang.

Cina protes textbook SMA Jepang yang mana tulisannya tidak sesuai dengan pendapat Cina, meskipun textbook Jepang bukan ditentukan oleh pemerintah, tetapi dipilih oleh sekolah SMA masing-masing. Textbook bermasalah itu hanya digunakan kurang 5% SMA di Jepang.padahal, textbook Cina dan Korea semuanya ditentukan oleh pemerintah, maka tidak ada pilihan berbagai textbook seperti di Jepang.

Cina minta ucapan minta maaf atas kejahatan tentara Jepang terhadap masyarakat Cina waktu Perang Dunia Dua. Ternyata, dengan jalur diplomasi, Jepang sudah 17 kali minta maaf secara resmi terhadap Cina dan Korea. Namun fakta ini tidak diberitahukan kepada masyarakat Cina oleh pemerintah Cina. Maka, hampir semua demonstran tidak tahu fakta ini dan diajari oleh pemerintah Cina bahwa Jepang adalah musuh karena kejahatan dulu. Peristiwa kali ini sama sekali tidak diberitakan di dalam Cina.

Belakangan ini, munculnya berbagai unjunk rasa oleh petani dan masyarakat daerah di Cina karena masalah tanah atau lingkungan hidup. Aksi-aksi ini dicegah dan ditembak oleh aparat pengamanan, dam tentu tak diumumkan sebagai berita baik untuk dalam negeri maupun ke luar negeri. Ketekanan sosial di Cina berasal ketimpangan pertumbuhan ekonomi makin tinggi.

Pihak Jepang sangat bingung mengapa begitu ramainya unjuk rasa. Padahal, sampai sejauh ini, demonstrasi di Cina tidak diperbolehkan dan pengawasannya sangat ketat. Mengapa kali ini saja begitu marak dan meluas kemana-mana? Hampir semua orang Jepang menduga ada keinginan pemerintah Cina di belakang unjunk rasa ini.

Jepang ingin menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan sebelum peristiwa di Cina hampir dipastikan. Namun, Cina sebagai anggota tetapnya tidak mau Jepang masuk karena Cina merasa mewakili Asia. Saat ini Cina dan Korea ingin mencegah Jepang jadi anggotanya dengan cara apa pun. Selain ini, ada masalah senketa laut antara kedua pihak untuk pertambangan gas alam di sana. Kuatir apa yang terjadi pada KAA di Bandung bulan ini.

Dalam dunia ini, tidak ada orang yang senang dibenci dengan kekerasaan begitu saja. Banyak orang Jepang sebetulnya marah atas kekerasaan yang dibiarkan di Cina. Namun mereka menahan agar tidak melakukan aksi balas dendam.

Cina menganggap bahwa pengusaha Jepang tidak mungkin meninggalkan dari Cina karena Cina sudah menjadi pabrik di dunia, meskipun aksi-aksi kekerasaan ini. Cina tetap minta bantuan teknis dari Jepang dilanjutkan.

Sampai saat ini, konflik antara Cina dan Jepang hampir selalu dipadamkan dengan ucapan minta maaf dari Jepang. Mungkin kali ini juga bisa demikian. Jepang bisa saja dipaksakan menyatakan tidak perlu jadi anggota DK-PBB, lalu hubungan Cina-Jepang jadi normal kembali. Apa boleh buat, ini adalah kegagalan diplomasi Jepang.

Kita harus membedakan antara berbagai masalah. Jepang dan Cina harus mengkaji fakta sejarah bersama-sama biarpun kenyataannya pahit buat salah-satu pihak. Jangan memaksakan pemahaman sepihak seperti textbook Cina yang sangat kontroversial (Jepang belum pernah protes tentang isi textbook Cina karena urusan Cina, meskipun isinya sangat anti-Jepang).

Rasanya ini puncaknya sebelum pergantian pelaku utama di Asia dari Jepang ke Cina. Jepang harus siap menjadi negara nomor dua yang biasa, tapi negara sumber ilmu dan teknologi dengan kebencian kekerasaan apa pun di Asia, dengan selalu tidak lupa retropeksi diri tentang apa yang Jepang lakukan dalam sejarah.


Daeng KM