Pada awal Desember lalu, saya sempat memberikan kuliah khusus di Universitas Cenderawasih, Jayapura.
Dalam diskusi dengan para peserta, muncul suatu tanggapan, yaitu: sejarah kami telah dihantamkan oleh orang luar maka kami tidak mempunyai sejarah apa-apa. Menurutnya, inilah alasan mengapa mereka ingin menuntut orang luar memberikan kompensasi kepada mereka. Bisa saja mengancam dengan pakai istilah "merdeka".
Saya membalas kepada mereka dengan mengatakan bahwa apakah sejarah anda benar-benar tidak ada lagi? Dengan permintaan kompensasi dan mengancam dengan istilah khusus, anda lupa melihat dirinya sendiri. Anda itu siapa? Apakah benar anda tidak memiliki apa-apa? Di mana jati diri anda sebagai orang Papua?
Siapa menciptakan sejarah? Anda! Jika merasa sejarahnya dihantamkan oleh orang luar, mulai saja sekarang untuk memciptakan sejarah anda sehari demi sehari. Sesudah berlanjut ini lima tahun, sepuluh tahun, anda sudah berhasil menciptakan sejarah anda sendiri.
Dari rasa korban, kita tidak bisa mulai apa-apa. Mungkin lebih enak jika terus menerus posisikan diri sebagai korban karena ini menjadi alasan anda tidak perlu melakukan apa-apa. Mulai saja sekarang dari anda sendiri untuk berubah sesuatu yang akan lebih baik daripada saat ini.
Saya menyampaikan demikian kepada para peserta kuliah saya. Step by step. Mereka juga pasti akan maju ke depan.
1 comment:
Sebenarnya memandang ke atas membuat kita lupa diri. Kadang kita tidak sadar dengan apa yang kita miliki. Saya setuju dengan pak Matsui, kita yang menciptakan sejarah.
Dan itu awalnya dari pribadi2 kita begitu khan?
Ulasan yang menyentuh pak Matsui. Terima kasih.
Post a Comment