Gempa bumi dan Tsunami. Kalau orang Jepang, dua kata ini sudah sangat populer. Jepang selalu hati-hati jika ada gempa dan tsunami karena Jepang terkenal sebagai negara yang sering terjadi tersebut, seperti Gempa Kobe pada tahun 1995 dan Gempa Chuetsu pada Oktober 2004 baru-baru ini.
Buat orang-orang di Aceh, Sumut, Phuket, Penang, Sri Lanka, Channai, Kenya dan Somalia, tak mungkin menduga terlebih dahulu akan ada kaitan antara gumpa dan tsunami. Mungkin baru pertama kali terasa begitu hancurnya semua oleh gempa dan tsunami. Di perairan Samudra India, belum ada sistem pemantauan gempa dan tsunami secara internasional.
Banyak orang Jepang yang membiasakan gempa dan tsunami sangat peduli dan memperhatikan korban-korban bencana tragis kali ini. Namun, belum lengkap informasi tentang keadaan di Aceh dan Sumut, khususnya Aceh di dalam wilayah darulat sipil yang sangat eksklusif terhadap orang luar.
Sewaktu gempa di Kobe atau di Chuetsu, sebelum pemerintah bergerak, banyak sukarelawan tanpa dibayar bondong-bondong ke tempat musibah dan menolong orang-orang yang menderita setempat. Banyak NGO dan NPO juga bergerak. Ini dinilai civil society di Jepang mulai matang.
Bagaimana di Indonesia? Apakah ada LSM atau sukarelawan ingin datang ke tempat untuk menolong orang setempat? Bagaimana LSM-LSM di Sumatra, Sulawesi, Maluku, atau Jawa yang bergerak seperti itu? Mengapa orang Sulawesi, Papua atau Jawa atau Indonesia yang lain mencoba menolong orang Aceh dan Sumut sebagai sesama orang Indonesia? Ingat, gempa bukan saja kali ini, tetapi telah di Alor, Nabire dan tempat-tempat lain juga.
Inilah mimpi saya. Dan, apa yang harus saya lakukan di Jepang untuk tragedi ini?
Daeng KM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment