Pada tgl 18 tengah malam atau dini hari tgl 19 Desember, Munas Partai Golkar memilih Wapres Jusuf Kalla sebagai ketua umumnya baru. Dengan ini, mantan ketum Akbar Tanjung kalah dan turun dari panggung politik atas. Partai Golkar dibawah JK pasti menjadi parpol pro-pemerintah. SBY-JK sudah berhasil memperkokoh landasan dukungan politik di DPR.
Waktu SBY-JK menang di Pemilu, banyak orang Jepang kuatir ttg konflik antara eksekutif dan legislatif. namun saya sudah yakin bahwa kemenangan SBY-JK akan membuat basis dukungan baru dengan restructuring dunia parpol termasuk gabungan dan pisahan antara parpol. dari segi perilaku politisi di Indonesia, sebagian besar anggota DPR akan ikut yang menang, tak terkecuali politisi Golkar, asal popularitas SBY-JK masih tinggi.
Dalam Pemilu, SBY-JK sengaja menhindari koalisi yang luas dan ini sangat berbeda dengan Koalisi Kebangsaan. SBY-JK menyatakan koalisi terbatas akan menciptakan parpol oposisi yang sehat dan inilah kontribusi untuk demokratisasi di Indonesia.
Saya memperhatikan popularitas SBY-JK dari masyarakat. Justru saya menduga bahwa parpol oposisi akan muncul jika Mega-Hasyim menang. SBY dan rekan-rekan yang teriak "perubahan" tak mungkin bisa bergabung dengan "status quo". Jika demikian, PKS pasti berupaya menjadi propol oposisi. Kemenangan SBY-JK yang popular dan parpol yang masih cukup opportunis memundurkan kemunculan parpol oposisi yang sehat, khususnya dengan kemanangan Pak JK di Partai Golkar.
PDIP dulu mempunyai kesempatan menjadi parpol oposisi waktu Mega kalah dari Gus Dur. Namun kesempatan tersebut tidak dimanfaatkan secara baik. Apakah kali ini PDIP mau demikian atau ikut "perubahan" juga seperti di Golkar?
"Perubahan" mulai berubah. Perubahan untuk stabilitas politik sebagai persyaratan dasar untuk mewujudkan perubahan. Benarkah? Semoga.
Daeng KM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment